Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA <p><strong>Medika Alkhairaat : Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan</strong> published by Faculty of Medicine, Alkhairaat University is a peer-reviewed scientific journal dedicated to publishing good quality of research work in all areas of medical sciences.</p> en-US <p align="justify">Authors who publish with Medika Alkhairaat : Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan agree to the following terms:</p> <p align="justify">1. Authors retain copyright and grant Journal Medika Alkhairaat right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial License (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/) that allows others to remix, adapt, build upon the work non-commercially with an acknowledgement of the work’s authorship and initial publication in Journal Medika Alkhairaat.<br>2. Authors are permitted to copy and redistribute the journal’s published version of the work non-commercially (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in Journal Medika Alkhairaat.</p> misriyani85@gmail.com (Misriyani) febriansyahramadhan15@gmail.com (Febriansyah Eka Ramadhan) Sat, 09 Aug 2025 00:00:00 +0700 OJS 3.1.2.0 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK RIMPANG KUNYIT SEBAGAI ANTIBAKTERI https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/258 <p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><strong>Latar Belakang:</strong> <em>Staphylococcus aureus</em><span class="apple-converted-space">&nbsp;adalah salah satu etiologi peradangan pada faring yang walaupun normal ditemukan ditenggorok tetapi dapat berkembang dan berkumpul menjadi patogen. </span>Di masa kini <span class="apple-converted-space">&nbsp;</span><em>S. aureus</em><span class="apple-converted-space">&nbsp;</span>menjadi perhatian serius dalam bidang kesehatan karena meningkatnya resistensi terhadap berbagai jenis antibiotik. Salah satu alternatif pengobatan tradisional yang memiliki potensi sebagai antibakteri adalah rimpang kunyit (<em>Curcuma domestica Val.</em>), yang mengandung senyawa aktif seperti kurkumin, minyak atsiri, dan tanin yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri.</p> <p><strong>Metode:</strong> Penelitian eksperimental dengan desain<span class="apple-converted-space">&nbsp;</span><em>post-test only control group</em>. Sampel terdiri berjumlah 24, yang dibagi ke dalam enam kelompok perlakuan: ekstrak rimpang kunyit dengan konsentrasi 100%, 50%, 30%, dan 15%, serta kontrol positif (menggunakan amoksisilin) dan kontrol negatif (menggunakan aquades), masing-masing direplikasi sebanyak empat kali. Pengukuran zona hambat dilakukan menggunakan jangka sorong pada tiga arah: horizontal, vertikal, dan diagonal. Data dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji LSD.</p> <p><strong>Hasil:</strong> Ekstrak rimpang kunyit menunjukkan daya hambat terhadap pertumbuhan<span class="apple-converted-space">&nbsp;</span><em>Staphylococcus aureus</em>. Diameter rata-rata zona hambat pada konsentrasi 100% sebesar 14,81 mm dan pada konsentrasi 50% sebesar 9,73 mm, sedangkan pada konsentrasi 30% dan 15% tidak menunjukkan adanya zona hambat (0,00 mm).</p> <p style="font-weight: 400;"><strong><span lang="EN-US">Kesimpulan:</span></strong><span lang="EN-US"> Ekstrak rimpang kunyit memiliki aktivitas antibakteri terhadap<span class="apple-converted-space">&nbsp;</span><em>Staphylococcus aureus</em>. Konsentrasi minimal yang masih menunjukkan daya hambat (Kadar Hambat Minimum) adalah pada konsentrasi 50%</span></p> <p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><strong>Background:</strong> <em>Staphylococcus aureus</em><span class="apple-converted-space">&nbsp;</span>is one of the bacterial pathogens responsible for causing pharyngitis. This bacterium can colonize the throat and become infectious. Currently,<span class="apple-converted-space">&nbsp;</span><em>S. aureus</em><span class="apple-converted-space">&nbsp;</span>poses a significant public health challenge due to its increasing resistance to multiple types of antibiotics. As a potential alternative to conventional antibiotics, turmeric rhizome (<em>Curcuma domestica Val.</em>) contains antibacterial compounds such as curcumin, essential oils, and tannins.</p> <p><strong>Methods:</strong> This study employed a true experimental design with a post-test-only control group. A total of 24 samples were divided into six groups: turmeric rhizome extract at concentrations of 100%, 50%, 30%, and 15%, along with a positive control (amoxicillin) and a negative control (distilled water), each replicated four times. The antibacterial activity was evaluated by measuring the diameter of the inhibition zone using a caliper in horizontal, vertical, and diagonal directions. Data were analyzed using One-Way ANOVA followed by the Least Significant Difference (LSD) test.</p> <p><strong>Results:</strong> The turmeric rhizome extract demonstrated antibacterial activity against<span class="apple-converted-space">&nbsp;</span><em>Staphylococcus aureus</em>. The average inhibition zone diameters observed were 14.81 mm at 100% concentration and 9.73 mm at 50% concentration, while no inhibitory effect (0.00 mm) was observed at 30% and 15% concentrations.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong><span lang="EN-US">Conclusion:</span></strong><span lang="EN-US"> Turmeric rhizome extract exhibits antibacterial properties against<span class="apple-converted-space">&nbsp;</span><em>Staphylococcus aureus</em>, with a minimum inhibitory concentration observed at the 50% extract level.</span></p> Christin Rony Nayoan, Asrawati Sofyan, Rahma Rahma, Imtihanah Amri, Christin Rony Nayoan Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/258 Thu, 07 Aug 2025 20:21:24 +0700 GAMBARAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI DESA RERUWAIRERE, KECAMATAN PALUE, KABUPATEN SIKKA https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/273 <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Meningkatnya prevalensi Diabetes Melitus (DM) jika tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi dan menurunkan kualitas hidup penderita, sehingga tidak terlepas dari perilaku pencarian pengobatan yang dilakukan dalam menangani DM. Desa Reruwairere memiliki kasus DM tertinggi di Kecamatan Palue dan ditemukan beragam pengobatan yang dilakukan penderita. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang bertujuan menggambarkan perilaku pencarian pengobatan pada penderita DM di Desa Reruwairere. Informan terdiri dari 5 informan utama (penderita DM) dan 7 informan pendukung (keluarga penderita DM, tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan). Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan teknik purposive sampling dan dianalisis secara tematik. Hasil penelitian menunjukkan variasi dalam pencarian pengobatan, mencakup pengobatan medis, tradisional (dukun dan upacara adat), swamedikasi (obat herbal dan ramuan), serta kombinasi. Umumnya, penderita memulai dengan pengobatan medis, sebelum beralih ke metode pengobatan lain jika hasilnya kurang memuaskan. Informan menunjukkan sikap positif dan memiliki referensi pengobatan dari teman, keluarga dan tenaga kesehatan serta percaya pada pengobatan yang dilakukan. Meskipun tersedia fasilitas kesehatan, asuransi dan layanan yang baik dari tenaga kesehatan, ditemukan kendala dalam ketersediaan obat dan biaya pengobatan. Diperlukan pemantauan swamedikasi, optimalisasi edukasi terkait pengobatan DM, kerjasama lintas sektor untuk penyediaan obat, serta partisipasi aktif masyarakat dalam program kesehatan.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em>The rising prevalence of Diabetes Mellitus (DM), if not properly managed, will lead to complications and reduce patients' quality of life. This is closely linked to the treatment-seeking behaviors undertaken to manage DM. Reruwairere Village has the highest DM cases in Palue Sub-District, with various treatments practiced by patients. This qualitative study, using a phenomenological approach, aims to describe the treatment-seeking behaviors of DM patients in Reruwairere Village. The informants include 5 primary informants (DM patients) and 7 supporting informants (family members, community leaders, and healthcare professionals). Data were collected through in-depth interviews using purposive sampling and analyzed thematically. The results show variations in treatment-seeking behaviors, encompassing medical treatment, traditional treatment (shamans and ceremonies), self-medication (herbal medicines and concoctions), and combinations. Patients generally start with medical treatment before switching to other methods if the results are unsatisfactory. Informants exhibit positive attitudes and have treatment references from friends, family, and healthcare professionals, and they trust the treatments undertaken. Despite the availability of healthcare facilities, insurance, and good services from healthcare professionals, there are obstacles in medication availability and treatment costs. Monitoring self-medication, optimizing education on DM treatment, cross-sector cooperation for medication provision, and active community participation in health programs are needed.</em></p> Martha Bleler, Christina Rony Nayoan, Afrona E. L. Takaeb, Marni Marni Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/273 Thu, 07 Aug 2025 20:22:02 +0700 PERBEDAAN KARAKTERISTIK SIDIK JARI POPULASI MONGOLOID JAWA DAN AUSTROMELANOSOID PAPUA DI INDONESIA https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/307 <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Sidik jari tangan berperan penting untuk mengidentifikasi seseorang, karena setiap orang memiliki sidik jari yang berbeda. Sidik jari merupakan salah satu data primer selain DNA dan gigi. Pola sidik jari merupakan salah satu cara dalam membantu proses identifikasi individu. Analisa sidik jari dengan menggunakan metode analisis foto jari tangan dapat membantu identifikasi seseorang dan asal populasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untukMengetahui perbedaan proporsi karakteristik sidik jari tangan di antara populasi Mengoloid Jawa dan Australomelanesoid Papua. Sebanyak 128 subjek populasi Mongoloid Jawa dan Australomelanesoid Papua yang terdiri dari 32 laki-laki dan 32 perempuan dari masing-masing populasi dan diambil foto jari tangannya, kemudian dilakukan analisis karakteristik sidik jari. Analisis statistik menggunakan Chi Square. Dari 128 subjek penelitian, terdapat perbedaan proporsi signifikan pada pola sidik jari kanan dan kiri antara populasi Mongoloid dan populasi Australomelanesoid (p=0,000). Terdapat perbedaan proporsi signifikan sudut triradius jari kanan dan kiri antara populasi Mongoloid dan Austromelanosoid (p=0,001). Pada jumlah sulur tidak terdapat perbedaan proporsi signifikan pada jari kanan dan kiri antara populasi Mongoloid dan Austromelanosoid (p=0,309). Terdapat perbedaan proporsi yang bermakna pada pola sidik jari dan sudut triradius dalam membedakan antara populasi Mongoloid dan Australomelanesoid.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Fingerprints play an important role in identifying a person, because everyone has different fingerprints. Fingerprints are one of the primary data besides DNA and teeth. Fingerprint patterns are one way to help the individual identification process. Fingerprint analysis using the finger photo analysis method can help identify a person and their population of origin. This study aims to determine the differences in the proportion of fingerprint characteristics between the Javanese Mongoloid and Papuan Australomelanesoid populations. A total of 128 subjects of the Javanese Mongoloid and Papuan Australomelanesoid populations consisting of 32 men and 32 women from each population were taken and their finger photos were taken, then fingerprint characteristics were analyzed. Statistical analysis using Chi Square. Results shows the 128 study subjects, there was a significant difference in the proportion of right and left fingerprint patterns between the Mongoloid and Australomelanesoid populations (p = 0.000). There was a significant difference in the proportion of the right and left finger triradius angles between the Mongoloid and Austromelanosoid populations (p = 0.001). In the number of tendrils, there is no significant difference in the proportion of the right and left fingers between the Mongoloid and Austromelanosoid populations (p = 0.309). In conclusion, there is a significant difference in the proportion of fingerprint patterns and triradius angles in distinguishing between the Mongoloid and Australomelanesoid populations.</p> Pande Putu Roycke, Ida Bagus Gede Surya Putra Pidada, Rusyad Adi Suriyanto, Hendro Widagdo Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/307 Thu, 07 Aug 2025 20:22:27 +0700 HUBUNGAN USIA KAWIN PERTAMA DENGAN FERTILITAS PADA PASANGAN USIA SUBUR DI DESA BETELEME KECAMATAN LEMBO https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/308 <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Salah satu masalah yang selalu dihadapi oleh Indonesia yaitu masalah jumlah penduduk yang besar dan semakin meningkat. Jumlah penduduk dipengaruhi oleh besarnya fertilitas, mortalitas dan migrasi. Usia kawin pertama dan fertilitas merupakan isu penting dalam kajian demografi. Pasangan yang menikah pada usia muda cenderung memiliki fertilitas lebih tinggi dibandingkan mereka yang menikah pada usia lebih matang. Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis hubungan usia kawin pertama dengan fertilitas pada pasangan usia subur di Desa Beteleme. Penelitian ini menggunakan desain <em>cross sectional</em> dengan jumlah sampel sebanyak 192 pasangan usia subur yang diambil menggunakan teknik <em>proportional stratified random sampling</em>. Data diolah dengan SPSS dan dianalisis menggunakan <em>Uji Chi-Square</em> dengan derajat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia kawin pertama (p value=0,001). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan usia kawin pertama dengan fertilitas pada pasangan usia subur di Desa Beteleme Kecamatan Lembo.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em><span lang="IN">One of the problems that Indonesia always faces is the problem of a large and increasing population. The population is influenced by the size of fertility, mortality and migration. Age of first marriage and fertility are important issues in demographic studies. Couples who marry at a young age tend to have higher fertility than those who marry at a more mature age. The purpose of this study was to analyze the relationship between age of first marriage and fertility in fertile couples in Beteleme Village. This study used a cross-sectional design with a sample of 192 fertile couples taken using the proportional stratified random sampling technique. Data were processed with SPSS and analyzed using the Chi-Square Test with a 95% confidence level. The results showed that age of first marriage (p value = 0.001). The conclusion of this study is that there is a relationship between age of first marriage and fertility in fertile couples in Beteleme Village, Lembo District.</span></em></p> Parmin, Siti Zaitun, Rahma Dwi Larasati, Irnawati Kusbin Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/308 Thu, 07 Aug 2025 20:23:42 +0700 DETERMINANTS OF ADOLESCENTS SEXUAL BEHAVIOR IN THE OESAPA HEALTH CENTER WORK AREA https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/309 <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p style="font-weight: 400;">Remaja telah menjadi satu masalah sosial di kalangan masyarakat, remaja memiliki risiko yang tinggi terkait dengan hubungan seksual pra nikah yang dapat menyebabkan penyebaran penyakit kelamin dan kehamilan di luar nikah atau Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD). KTD terjadi setiap tahun di antara remaja perempuan berusia 15-19 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku seksual remaja di wilayah kerja Puskesmas Oesapa. Penelitian ini adalah observasional analitik, dengan rancangan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja usia 15-19 tahun yang berada di wilayah kerja Puskesmas Oesapa berjumlah 7.059 responden. Pengambilan sampel dilakukan&nbsp;&nbsp; menggunakan teknik cluster sampling dengan besar sampel berjumlah 95 responden. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan α=0,05. Apabila nilai p &lt; 0,05 maka, ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Hasil analisis data menunjukkan ada hubungan antara variabel pengetahuan (p-value=0,025), peran orang tua (p-value=0,022) perilaku seksual remaja dan tidak ada hubungan antara variabel peran teman sebaya (p-value=0,434) dengan perilaku seksual remaja. Diharapkan tenaga kesehatan danrang tua perlu mengedukasi remaja terkait dampak perilaku seksual bagi remaja agar tidak melakukan perilaku seksual.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em>Premarital sexual behavior among adolescents has become a social problem in society, adolescents have a high risk associated with premarital sexual relations which can lead to the spread of sexually transmitted diseases and extramarital pregnancies or Unwanted Pregnancy (KTD). KTD occurs every year among adolescent girls aged 15-19 years. In developing countries, 55% of KTD cases end in abortions which are often unsafe (WHO, 2019). This study aims to determine the determinants of adolescent sexual behavior in the work area of ​​Oesapa Health Center. This type of research is observational analytic, with a cross-sectional design. The population in this study were adolescents aged 15-19 years who were in the work area of ​​Oesapa Health Center totaling 7,059 respondents. Sampling was conducted using cluster sampling technique with a sample size of 95 respondents. The research instrument was a questionnaire. Data were analyzed using the Chi-square test with a significance level of α = 0.05. If the p value &lt;0.05, there is a relationship between the dependent variable and the independent variable. The results of the data analysis showed that there was a relationship between the knowledge variable (p-value = 0.025), the role of parents (p-value = 0.022) with adolescent sexual behavior and there was no relationship between the peer role variable (p-value = 0.447) with adolescent sexual behavior. It is hoped that health workers and parents to educate adolescents regarding the impact of sexual behavior on adolescents so that they do not engage in sexual behavior.</em></p> <p>&nbsp;</p> Endang Darmawati Laure, Christina R. Nayoan, Helga J. N Ndun Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/309 Thu, 07 Aug 2025 00:00:00 +0700 HUBUNGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI WILAYAH SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH ALAK KOTA KUPANG TAHUN 2024 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/310 <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi pernapasan yang disebabkan oleh virus (<em>Influenza virus</em>), bakteri (<em>Streptococcus pneumoniae</em>), faktor lingkungan dan kondisi tubuh. Data ISPA Dinas Kesehatan Kota Kupang tahun 2022 sebanyak 14.178 penderita (168 pneumonia, 5 pneumonia berat, dan 14.005 batuk bukan pneumonia). Kasus ISPA di Alak sebanyak 7.879 (371 pneumonia dan 7.508 batuk bukan pneumonia). Kasus ISPA di wilayah sekitar TPAS Alak Tahun 2021 (321 penderita), Tahun 2022 (462 penderita), Tahun 2023 (350 penderita) dan Tahun 2024 per tanggal 1 Januari-8 Mei (146 penderita), dengan total 1279 kasus batuk bukan <em>pneumonia</em>. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan (luas ventilasi, kepadatan hunian, bahan bakar memasak, kepemilikan lubang asap dan jarak rumah dengan TPAS) dengan kejadian ISPA. Lokasi penelitian ini adalah wilayah sekitar TPAS Alak, dilakukan pada bulan Februari-Maret 2025. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan pendekatan <em>case control</em>. Populasi penelitian terbagi antara kasus (seluruh menderita ISPA paru bulan 1 Januari-8 Mei) dan kontrol (orang tidak menderita sebanyak 184 orang). Teknik penentuan sampel kasus (<em>sample random sampling</em>) dan sampel kontrol (<em>purposive sampling</em>) menggunakan rumus <em>lemeshow</em> dengan jumlah 108 sampel. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian ISPA di Wilayah sekitar TPAS Alak adalah kepadatan hunian (p velue 0,23&lt;0,05), bahan bakar memasak (p value 0,000&lt;0,05), kepemilikan lubang asap (p velue 0,001&lt;0,05), jarak rumah dengan TPAS (p value 0,000&lt;0,05). Variabel yang tidak memiliki hubungan yang signifikan adalah luas ventilasi (p velue 0,232&gt;0,05). Disarankan masyarakat untuk memperhatikan faktor lingkungan seperti kepadatan hunian, bahan bakar memasak, kepemilikan lubang asap.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em><span lang="EN-US">Acute Respiratory Infection (ARI) is a respiratory infection caused by viruses (Influenza virus), bacteria (Streptococcus pneumoniae), environmental factors, and the physical condition of the individual. According to the 2022 data from the Kupang City Health Office, there were 14,178 reported ARI cases. In the Alak area alone, there were 7,879 cases. ARI cases in the area surrounding the Alak Final Waste Disposal Site (TPAS) from 2021 to 2024 (January 1 – May 8) totaled 1,279 cases of non-pneumonia cough.This study aimed to determine the relationship between environmental factors (ventilation area, housing density, cooking fuel, presence of smoke exhaust, and distance of the house to the TPAS) and the incidence of ARI. The research design was an analytical survey using a case-control approach. The study population was divided into case groups (all individuals who had ARI between January 1 and May 8) and control groups (individuals who did not have ARI, totaling 184 people). The case sample was selected using simple random sampling, while the control sample used purposive sampling, with a total of 108 respondents based on Lemeshow’s formula.The results showed that the variables significantly associated with ARI incidence around TPAS Alak were housing density (p-value 0.023 &lt; 0.05), cooking fuel (p-value 0.000 &lt; 0.05), smoke exhaust ownership (p-value 0.001 &lt; 0.05), and distance to TPAS (p-value 0.000 &lt; 0.05). Ventilation area was not significantly related (p-value 0.232 &gt; 0.05). It is recommended that the community pay more attention to environmental factors such as housing density, cooking fuel, and the presence of a smoke exhaust system.</span></em></p> Carissima Tryni Anjani Djara, Pius Wareman, Indriati A. Tedju Hinga Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/310 Thu, 07 Aug 2025 20:25:03 +0700 GAMBARAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS BANIONA, KECAMATAN WOTAN ULUMADO, KABUPATEN FLORES TIMUR https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/311 <p><strong><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">ABSTRAK</span></span></strong></p> <p><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas harus memiliki pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga masyarakat mampu hidup sehat dan tujuan pembangunan kesehatan akan tercapai. Penelitian deskriptif kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Baniona, Kecamatan Wotan Ulumado, Kabupaten Flores Timur. Dimensi kualitas pelayanan kesehatan yang diteliti mengacu pada model SERVQUAL (Service Quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman et al. (1988). Ada lima dimensi yaitu bukti fisik, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati dengan skala likert. Populasi penelitian ini adalah pasien Puskesmas Baniona dengan jumlah sampel 93 orang. </span></span><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Berdasarkan jawaban responden, dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan di Puskesmas Baniona pada dimensi bukti fisik sudah baik dengan persentase 75,3%. Dimensi kehandalan sudah baik dengan persentase 75,3%. Dimensi daya tanggap sudah baik dengan persentase 75,3%. Dimensi daya tanggap sudah baik dengan persentase 79,6%. Dimensi jaminan di puskesmas sudah baik dengan persentase 83,9%. Dimensi Empati sudah baik dan memiliki persentase 87,1%, dan secara keseluruhan Gambaran kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Baniona menunjukkan bahwa dari 93 responden </span></span><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">dalam penelitian sebagian besar memiliki persepsi yang baik terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Baniona sebanyak 74 orang dengan persentase (79,6%). Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, Puskesmas Baniona perlu memperbaiki keadaan kamar mandi, melengkapi perlengkapan alat medis, dan meningkatkan pelatihan kepada tenaga kesehatan.</span></span></p> <p><strong><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">ABSTRACT</span></span></strong></p> <p><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><em><span lang="EN-US">A Community Health Center (Puskesmas) is a healthcare facility that provides both public health efforts and individual first-level healthcare services aimed at achieving the highest possible level of health in its working area. A Puskesmas must offer quality healthcare services so that the community can live healthily and the goals of health development can be achieved. This quantitative descriptive study aims to determine the overview of the quality of health services at Baniona Community Health Center, Wotan Ulumado Sub-District, East Flores Regency. The dimensions of healthcare service quality examined in this study refer to the SERVQUAL (Service Quality) model developed by Parasuraman et al. (1988). Five dimensions were analyzed: tangibles, reliability, responsiveness, assurance, and empathy, using a Likert scale. The population of this study consisted of patients at Baniona Community Health Center, with a total sample of 93 respondents. Based on respondents’ answers, it can be concluded that the quality of services at Baniona Community Health Center is considered good in the following dimensions: tangibles at 75.3%, reliability at 75.3%, responsiveness at 79.6%, assurance at 83.9%, and empathy at 87.1%. Overall, the quality of healthcare services at Baniona Community Health Center is perceived positively, with 74 out of 93 respondents (79.6%) expressing a good perception of the services provided. To further improve the quality of healthcare services, Baniona Community Health Center needs to improve the condition of the bathrooms and ensure the availability of adequate medical equipment, and improve training fort health workers.</span></em></span></span></p> Ummi Syarifa Syahputri, Serlie K. A. Littik, Dominirsep O. Dodo Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/311 Thu, 07 Aug 2025 20:25:43 +0700 INJURY PATTERN OF BLUNT TRAUMA CASES IN SLEMAN BASED ON HDSS IN 2019 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/312 <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em>Blunt trauma, also known as blunt force trauma kind of injury that arises from the high-power impact of the human body with a dull object. It come from the results of a physical attack with a blunt object, or even an accidental event such as a transportation crash. There are four categories for blunt trauma, contusion, abrasion, laceration, also fracture. Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman is a surveillance system that keeps a demographic mapping, especially in the health sector. It works by hiring respondents from every subdistrict and refreshing them periodically. By analyzing the pattern of the injury incidences using both univariate and bivariate analysis, we are able to gain a deeper understanding about the prevalence and injury prevention in the future. </em><em>The purpose of this study is to determine the pattern of blunt force injury cases in Sleman based on HDSS data from 2019. </em><em>A descriptive study is obtained by using the secondary data provided by HDSS Sleman about blunt trauma cases that occurs in the Sleman region in 2019. The parameters that became a pattern category for this study are age, gender, level of education, type of blunt trauma cause of injury </em><em>From total sample of 612 respondents, people aged 19 to 59 leads the number with 312 cases (50.9%) recorded. Male respondents came out with 53.1% of total cases. The incidences mostly occur in respondents with basic education level with 236 cases (38.5%). Back injury correlates with loss of sensory with the p-value of 0.024, and lower extremity correlates with permanent wound with the p-value of 0.042. It mostly found in Motorcycle accidents with 294 out of 612 total cases. Significant correlations were found between the site and the type of injury such as head injuries with lacerations (p &lt;0.001) and chest injuries with fractures (p=0.040). </em><em>Study conducted based on HDSS Sleman data in 2019 shows a pattern of blunt trauma injury cases. It mostly occurs in productive age adult group and male. People with lower education levels have higher injury risk. Specific injury types are linked to particular trauma sites and mechanism with traffic motorcycle accidents being a primary cause based on mechanism. Head injuries often involve lacerations, chest injuries commonly involve fractures, upper extremity injuries correlate with lacerations and fractures, and lower extremity injuries mostly end with fractures and contusions/abrasions.</em></p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><span lang="EN">Trauma tumpul adalah jenis cedera yang timbul akibat benturan berkekuatan tinggi pada tubuh manusia dengan benda tumpul. Kejadian trauma tumpul pada berbagai kasus trauma sangatlah tinggi. Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman merupakan sistem surveilans yang menyimpan pemetaan demografi khususnya di bidang kesehatan. </span><span lang="EN-US">Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola cedera benda tumpul di Sleman berdasarkan data HDSS tahun 2019.</span><span lang="EN">&nbsp;Penelitian deskriptif dilaksanakan dengan </span><span lang="EN-US">total sampel sebanyak 612 responden, kelompok usia 19 hingga 59 tahun muncul dengan 312 kasus (50,9%). Responden laki-laki keluar sebanyak 53,1% dari total kasus. Kejadian terbanyak terjadi pada responden dengan tingkat pendidikan dasar sebanyak 236 kasus (38,5%). Cedera punggung berkorelasi dengan hilangnya sensorik dengan nilai p 0,024, dan ekstremitas bawah berkorelasi dengan luka permanen dengan nilai p 0,042. Kecelakaan terbanyak terjadi pada kecelakaan sepeda motor dengan jumlah 294 kasus dari total 612 kasus. Ditemukan korelasi yang signifikan antara lokasi dan jenis cedera seperti cedera kepala dengan laserasi (p &lt;0,001) dan cedera dada dengan patah tulang (p=0,040).</span><span lang="EN">&nbsp;Pada studi ini,</span><span lang="EN-US">&nbsp;paling banyak terjadi trauma tumpul pada kelompok dewasa usia produktif dan laki-laki. Orang dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah memiliki risiko cedera yang lebih tinggi. Kecelakaan lalu lintas sepeda motor menjadi penyebab utama cedera berdasarkan mekanismenya. Cedera kepala sering disertai laserasi, cedera dada umumnya disertai patah tulang, cedera ekstremitas atas berkorelasi dengan laserasi dan patah tulang, dan cedera ekstremitas bawah sebagian besar berakhir dengan patah tulang dan memar/abrasi.</span></p> Idha Arfianti Wiraagni, Abidzar Al Ghifari, Hendro Widagdo, Martiana Suciningtyas Tri Artanti Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/312 Thu, 07 Aug 2025 20:26:40 +0700 EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM 1000 HPK DAN DAMPAKNYA PADA STATUS GIZI ANAK USIA TIGA TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAIONI KOTA KUPANG https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/313 <p><strong><span class="ts-alignment-element-highlighted" data-is-focusable="true">ABSTRAK</span></strong></p> <p><span id="tgtAlignment_0" class="ts-alignment-element-highlighted" data-is-focusable="true">Program</span> <span id="tgtAlignment_1" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">1000</span> <span id="tgtAlignment_2" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">HPK</span> <span id="tgtAlignment_3" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">merupakan</span> <span id="tgtAlignment_4" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">inisiatif</span> <span id="tgtAlignment_5" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">penting</span> <span id="tgtAlignment_6" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">dalam</span> <span id="tgtAlignment_7" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">meningkatkan</span> <span id="tgtAlignment_8" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">kesehatan</span> <span id="tgtAlignment_9" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">dan</span> <span id="tgtAlignment_10" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">gizi</span> <span id="tgtAlignment_11" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">anak</span><span id="tgtAlignment_12" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">,</span> <span id="tgtAlignment_13" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">terutama</span> <span id="tgtAlignment_14" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">selama</span> <span id="tgtAlignment_15" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">masa</span> <span id="tgtAlignment_16" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">kritis</span> <span id="tgtAlignment_17" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">perkembangannya</span><span id="tgtAlignment_18" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">.</span> <span id="tgtAlignment_19" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Program</span> <span id="tgtAlignment_20" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">1000</span> <span id="tgtAlignment_21" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">HPK</span> <span id="tgtAlignment_22" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">di</span> <span id="tgtAlignment_23" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Puskesmas</span> <span id="tgtAlignment_24" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Naioni</span> <span id="tgtAlignment_25" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">perlu</span> <span id="tgtAlignment_26" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">dievaluasi</span> <span id="tgtAlignment_27" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">lebih</span> <span id="tgtAlignment_28" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">lanjut</span> <span id="tgtAlignment_29" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">karena</span> <span id="tgtAlignment_30" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">belum</span> <span id="tgtAlignment_31" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">dilaksanakan</span> <span id="tgtAlignment_32" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">secara</span> optimal<span id="tgtAlignment_33" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">.</span> <span id="tgtAlignment_34" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Penelitian</span> ini <span id="tgtAlignment_35" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">bertujuan</span> <span id="tgtAlignment_36" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">untuk</span> <span id="tgtAlignment_37" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">mengevaluasi</span> <span id="tgtAlignment_38" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">pelaksanaan</span> <span id="tgtAlignment_39" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Program</span> <span id="tgtAlignment_40" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">1000</span> <span id="tgtAlignment_41" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">HPK</span> <span id="tgtAlignment_42" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">dan</span> <span id="tgtAlignment_43" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">dampaknya</span> <span id="tgtAlignment_44" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">terhadap</span> <span id="tgtAlignment_45" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">status</span> <span id="tgtAlignment_46" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">gizi</span> <span id="tgtAlignment_47" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">anak</span> <span id="tgtAlignment_48" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">berusia</span> <span id="tgtAlignment_49" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">tiga</span> <span id="tgtAlignment_50" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">tahun</span> <span id="tgtAlignment_51" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">di</span> <span id="tgtAlignment_52" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">wilayah</span> <span id="tgtAlignment_53" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">kerja</span> <span id="tgtAlignment_54" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Puskesmas</span> <span id="tgtAlignment_55" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Naioni</span><span id="tgtAlignment_56" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">.</span> <span id="tgtAlignment_57" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Metode</span> <span id="tgtAlignment_58" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">penelitian</span> ini <span id="tgtAlignment_59" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">bersifat</span> <span id="tgtAlignment_60" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">kualitatif</span> <span id="tgtAlignment_61" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">dengan</span> <span id="tgtAlignment_62" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">pendekatan</span> <span id="tgtAlignment_63" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true"></span> <span id="tgtAlignment_64" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">studi kasus</span><span id="tgtAlignment_65" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">,</span> <span id="tgtAlignment_66" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">menggunakan</span> <span id="tgtAlignment_67" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">teknik</span> <span id="tgtAlignment_68" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">purposive</span> <span id="tgtAlignment_69" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">sampling</span> <span id="tgtAlignment_70" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">dan</span> <span id="tgtAlignment_71" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">teknik</span> <span id="tgtAlignment_72" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">pengumpulan</span> <span id="tgtAlignment_73" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">data</span> <span id="tgtAlignment_74" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">triangulasi</span> <span id="tgtAlignment_75" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">(</span><span id="tgtAlignment_76" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">observasi</span> <span id="tgtAlignment_77" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">mendalam</span> <span id="tgtAlignment_78" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">dan</span> <span id="tgtAlignment_79" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">wawancara</span><span id="tgtAlignment_80" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">).</span> <span id="tgtAlignment_81" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Informan</span> <span id="tgtAlignment_82" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">dalam</span> <span id="tgtAlignment_83" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">penelitian</span> <span id="tgtAlignment_84" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">ini</span> <span id="tgtAlignment_85" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">berjumlah</span> <span id="tgtAlignment_86" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">13</span> <span id="tgtAlignment_87" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">orang</span> <span id="tgtAlignment_88" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">yang</span> <span id="tgtAlignment_89" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">terdiri</span> <span id="tgtAlignment_90" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">dari</span> <span id="tgtAlignment_91" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">3</span> <span id="tgtAlignment_92" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">informan</span> <span id="tgtAlignment_93" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">kunci</span> <span id="tgtAlignment_94" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">dan</span> <span id="tgtAlignment_95" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">10</span> <span id="tgtAlignment_96" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">informan</span> <span id="tgtAlignment_97" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">pendukung</span><span id="tgtAlignment_98" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">.</span> <span id="tgtAlignment_99" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Hasil</span> <span id="tgtAlignment_100" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">penelitian</span> <span id="tgtAlignment_101" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">menunjukkan</span> <span id="tgtAlignment_102" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">bahwa</span> <span id="tgtAlignment_103" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">semua</span> <span id="tgtAlignment_104" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">komponen</span> <span id="tgtAlignment_105" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">input</span> <span id="tgtAlignment_106" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">telah</span> <span id="tgtAlignment_107" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">diimplementasikan</span> <span id="tgtAlignment_108" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">dengan</span> <span id="tgtAlignment_109" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">baik</span><span id="tgtAlignment_110" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">,</span> <span id="tgtAlignment_111" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">namun</span> <span id="tgtAlignment_112" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">masih</span> <span id="tgtAlignment_113" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">ada</span> <span id="tgtAlignment_114" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">kekurangan</span> <span id="tgtAlignment_115" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">dan</span> <span id="tgtAlignment_116" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">kendala</span> <span id="tgtAlignment_117" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">dalam</span> <span id="tgtAlignment_118" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">infrastruktur</span><span id="tgtAlignment_119" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">.</span> <span id="tgtAlignment_120" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Dalam</span> <span id="tgtAlignment_121" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">aspek</span> <span id="tgtAlignment_122" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">proses</span><span id="tgtAlignment_123" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">,</span> <span id="tgtAlignment_124" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Puskesmas</span> <span id="tgtAlignment_125" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Naioni</span> <span id="tgtAlignment_126" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">telah</span> <span id="tgtAlignment_127" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">melaksanakan</span> <span id="tgtAlignment_128" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">program</span> <span id="tgtAlignment_129" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">sesuai</span> <span id="tgtAlignment_130" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">standar</span> <span id="tgtAlignment_131" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">yang</span> <span id="tgtAlignment_132" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">diberikan</span> <span id="tgtAlignment_133" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">oleh</span> <span id="tgtAlignment_134" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Kementerian</span> <span id="tgtAlignment_135" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Kesehatan</span><span id="tgtAlignment_136" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">.</span> <span id="tgtAlignment_137" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Aspek</span> <span id="tgtAlignment_138" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Output</span> <span id="tgtAlignment_139" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">berupa</span> <span id="tgtAlignment_140" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">cakupan</span> <span id="tgtAlignment_141" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">pangan</span> <span id="tgtAlignment_142" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">tambahan</span> <span id="tgtAlignment_143" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">lokal</span> <span id="tgtAlignment_144" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">telah</span> <span id="tgtAlignment_145" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">mencapai</span> <span id="tgtAlignment_146" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">target</span> <span id="tgtAlignment_147" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">100</span><span id="tgtAlignment_148" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">%.</span> <span id="tgtAlignment_149" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Pelaksanaan</span> <span id="tgtAlignment_150" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">program</span> <span id="tgtAlignment_151" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">1000</span> <span id="tgtAlignment_152" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">HPK</span> <span id="tgtAlignment_153" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">di</span> <span id="tgtAlignment_154" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Puskesmas</span> <span id="tgtAlignment_155" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">Naioni</span> <span id="tgtAlignment_156" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">telah</span> <span id="tgtAlignment_157" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">berjalan</span> <span id="tgtAlignment_158" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">sesuai</span> <span id="tgtAlignment_159" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">standar</span> <span id="tgtAlignment_160" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">meskipun</span> <span id="tgtAlignment_161" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">masih</span> <span id="tgtAlignment_162" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">ada</span> <span id="tgtAlignment_163" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">kendala</span> <span id="tgtAlignment_164" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">infrastruktur</span> <span id="tgtAlignment_165" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">yang</span> <span id="tgtAlignment_166" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">perlu</span> <span id="tgtAlignment_167" class="ts-alignment-element" data-is-focusable="true">diperbaiki.</span></p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em><span lang="EN-US">The 1000 HPK program is an important initiative in improving children's health and nutrition, especially during the critical period of their development. The 1000 HPK program at the Naioni Health Center needs to be further evaluated because it has not been implemented optimally. This study aims to evaluate the implementation of the 1000 HPK Program and its impact on the nutritional status of three-year-old children in the work area of the Naioni Health Center. This research method is qualitative with a case study approach, using purposive sampling techniques and triangulation data collection techniques (in-depth observation and interviews). The informants in this study amounted to 13 people consisting of 3 key informants and 10 supporting informants. The results of the study show that all input components have been implemented well, but there are still shortcomings and obstacles in infrastructure. In the process aspect, the Naioni Health Center has implemented the program according to the standards provided by the Ministry of Health. The Output aspect in the form of local supplementary food coverage has reached the target of 100%. The implementation of the 1000 HPK program at the Naioni Health Center has been running according to standards even though there are still obstacles in infrastructure that need to be repaired</span></em></p> Indah Mone, Lewi Jutomo, Galuh W.K.D. Larasati Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/313 Thu, 07 Aug 2025 20:32:51 +0700 DETERMINAN KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2024 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/314 <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia dengan jumlah penderita cenderung bertambah dan menyebar lebih luas dari tahun ke tahun. Di wilayah Sulawesi Tenggara, dilaporkan 1.663 kasus DBD tahun 2024 di Kota Kendari. Salah satu wilayah dengan angka kejadian tertinggi adalah Puskesmas Lepo-Lepo, yang mencatat 318 kasus DBD pada tahun 2024.&nbsp; Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan kasus DBD berdasarkan kepadatan jentik (<em>Container Index</em>), perilaku 3M Plus (Menguras, Menutup, dan Mendaur Ulang), perilaku tidur pagi dan sore, serta kepadatan hunian di Puskesmas Lepo-Lepo, Kota Kendari. Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik observasional, yaitu menganalisis data dengan menggunakan rancangan <em>Case Control. </em>Pengambilan sampel kasus menggunakan metode <em>simple random sampling</em> dan pengambilan sampel kontrol dengan cara <em>matching</em> usia dan jenis kelamin. Jumlah sampel dalam penelitian ini 61 kasus dan 61 kontrol. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Uji statistik yang digunakan adalah <em>McNemar </em>dan <em>Odds Ratio</em>. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kepadatan jentik (<em>Container Indeks</em>) (p = 0,0163 ; OR = 3,2000), 3M Plus (p = 0,0105; OR = 3,4000), kebiasaan tidur pagi dan sore hari (p= 0,0053; OR=3,1429), terhadap kejadian demam berdarah dengue dan tidak ada hubungan yang bermakna antara kepadatan hunian (p = 0,7236; OR = 1,1333)&nbsp; terhadap kejadian demam berdarah dengue.&nbsp; Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kepadatan jentik (<em>Container index</em>), 3M Plus, dan kebiasaan tidur pagi dan sore hari merupakan faktor risiko. Sedangkan kepadatan hunian bukan merupakan faktor risiko kejadian demam berdarah dengue.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em><span lang="IN">Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a significant public health problem in Indonesia. In 2024, Kendari City, Southeast Sulawesi, recorded 1,663 DHF cases, with the highest number (318 cases) reported in the Lepo-Lepo Health Center area. This study aimed to identify factors influencing DHF incidence, including larval density (Container Index), 3M Plus behavior (draining, covering, recycling), morning and evening sleeping habits, and residential density. A case-control design with an observational analytical approach was used. The sample included 61 cases and 61 controls, selected using simple random sampling for cases and matching for controls. Data were analyzed using the McNemar test and Odds Ratio (OR). Results indicated significant associations between DHF incidence and larval density (p = 0.0163; OR = 3.2000), 3M Plus behavior (p = 0.0105; OR = 3.4000), and morning/evening sleeping habits (p = 0.0053; OR = 3.1429). However, residential density showed no significant association (p = 0.7236; OR = 1.1333). These findings suggest that high larval density, poor 3M Plus practices, and irregular sleeping patterns contribute to DHF risk. Residential crowding, on the other hand, does not appear to be a contributing factor.</span></em></p> Jimip Selahri Ramadhan, Arum Dian Pratiwi, Listy Handayani Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/314 Thu, 07 Aug 2025 20:33:56 +0700 GAMBARAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEBA KABUPATEN SABU RAIJUA TAHUN 2024 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/315 <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Diare adalah salah satu penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan yang buruk, persediaan air yang tidak memadai, dan pendidikan terbatas. Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari. Penelitian ini bertujuan untuk&nbsp; mengetahui gambaran faktor risiko kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Seba Kabupaten Sabu Raijua tahun 2024. jenis penelitian adalah kuantitatif dengan desain deskiptif. Jumlah sampel 44 orang yang di pilih secara <em>purposive sampling</em> dan pengambilan data dengan mengunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukan ibu yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 31 (70,5%) dan kategori kurang seabanyak 13 29,5%), penyediaan jamban sehat rata-rata responden yang memiliki jamban sebanyak 39 (88,6%) responden dan yang tidak memiliki jamban sebanyak 5(11,4%), kebiasaan mencuci tangan ibu dari balita didapatkan bahwa kurang baik sebanyak 43 (97,7%), dan perilaku mencuci tangan pada ibu dari balita yang kategori cukup sebanyak 1 (2,3%), tidak memberikan ASI Eksklusif&nbsp; yaitu sebanyak 34 (77,3%), memberikan ASI Eksklusif&nbsp; 10 (22,7%), penyediaan air bersih rata-rata rerponden sebanyak 34 (<strong>77</strong>,3%), memiliki tingkat penyediaan air bersih kategori kurang, sebanyak 8 (<strong>1</strong>8,2) responden memiliki tingkat penyediaan air bersih kategori cukup, dan sebanyak 2 (4,5%) responden memiliki tingkat penyediaan air bersih kategori baik. Saran bagi masyarat diharapkan mau dan mampu meningkatkan perilaku yang dapat mengurangi risiko terjadinya diare, seperti memperhatikan kebersihan jamban, kebiasaan mencuci tangan, memberikan ASI Eksklusif dan penyediaan air bersih yang baik dan benar.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em><span lang="EN-US">Diarrhea is one of the dangerous diseases because it can cause death due to poor environmental sanitation conditions, inadequate water supply, and limited education. Diarrhea is a disease characterized by an increased frequency of bowel movements more than three times a day. This study aims to determine the description of the risk factors for diarrhea in toddlers in the Seba Health Center work area, Sabu Raijua Regency in 2024. The type of research is quantitative with a descriptive design. The number of samples was 44 people selected by purposive sampling and data collection using a questionnaire. The results of the study showed that mothers who had good knowledge were 31 (70.5%) and the category of less were 13 (29.5%), the provision of healthy toilets on average respondents who had toilets were 39 (88.6%) respondents and those who did not have toilets were 5 (11.4%), the habit of washing hands of mothers of toddlers was found to be less than good as many as 43 (97.7%), and the behavior of washing hands in mothers of toddlers in the sufficient category was 1 (2.3%), not providing Exclusive Breastfeeding, namely 34 (77.3%), providing Exclusive Breastfeeding 10 (22.7%), the provision of clean water on average respondents were 34 (77.3%), had a level of clean water provision in the less category, as many as 8 (18.2) respondents had a level of clean water provision in the sufficient category, and as many as 2 (4.5%) respondents had a level of clean water provision in the good category. Suggestions for the community are expected to be willing and able to improve behavior that can reduce the risk of diarrhea, such as paying attention to toilet cleanliness, hand washing habits, providing exclusive breastfeeding and providing good and proper clean water.</span></em></p> Megasari Wadu Kire, Indriaty A. Tedju Hinga, Soleman Landi, Yuliana Radja Riwu Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/315 Thu, 07 Aug 2025 21:34:07 +0700 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/316 <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><span lang="FI">Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin maupun ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Penyakit diabetes sangat mempengaruhi kualitas hidup karena diderita seumur hidup. Menurunnya kualitas hidup seseorang akan berhubungan dengan kemampuan fungsional, ketidakmampuan dan kekhawatiran akibat penyakit yang diderita. Rendahnya kualitas hidup berakibat pada komplikasi yang akan berujung pada kecacatan dan kematian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kualitas hidup penderita diabetes melitus di Puskesmas Sikumana. </span><span lang="EN-US">Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas hidup ditinjau dari kesehatan fisik mayoritas responden berada dalam kategori buruk (62,9%), kualitas hidup ditinjau dari psikologis mayoritas responden berada pada kategori baik (92,9%), kualitas hidup ditinjau dari hubungan sosial mayoritas responden berada pada kategori baik (81,4 %) dan kualitas hidup ditinjau dari lingkungan mayoritas responden berada pada kategori baik (95,7%). Disarankan kepada penderita diabetes melitus agar selalu menerapkan manajemen diabetes dengan baik agar dapat menjaga dan meningkatkan kualitas hidupnya. </span></p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em>Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease that occurs when the pancreas either fails to produce enough insulin or when the body cannot effectively utilize the insulin that is already produced. Diabetes strongly affects the quality of life because it is suffered in a lifetime. The decline of life quality of someone will relate to functional ability, disability, and anxiety due to the disease that they suffered—the low quality of life due to complications that will lead to disability and death. This research aimed to know the representation of the life quality of patients with Diabetes Mellitus at Sikumana Health Center. The type of research was descriptive with a quantitative approach. The method of sample determination used in this research was accidental sampling. The result of this research showed that the quality of life in terms of physical health of the majority of respondents was in poor category (62,9%), the quality of life in terms of psychology of the majority of respondents was in good category (92,9%), the quality of life in terms of social relations of the majority of respondents was in good category (81,4%), and the quality of life in terms of environment of the majority of respondents was in good category (95,7%). It is recommended to apply diabetes management properly to keep and improve the quality of life</em></p> Etheldreda Yuniandini Kahu, Ribka Limbu, Eryc Z. Haba Bunga, Christina R. Nayoan Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/316 Thu, 07 Aug 2025 22:46:30 +0700 HUBUNGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang Tahun 2025) https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/317 <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak balita, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Tingginya angka kejadian diare pada balita sangat dipengaruhi oleh rendahnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam keluarga. Beberapa indikator PHBS yang erat kaitannya dengan diare antara lain pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, kebiasaan mencuci tangan pakai sabun, dan penggunaan jamban sehat ¹ . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerapan PHBS keluarga dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tarus, Kabupaten Kupang, tahun&nbsp; &nbsp;2025. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain case control (kasus kontrol). Populasi dalam penelitian ini adalah balita usia 1–5 tahun yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas Tarus. Sampel berjumlah 132 responden yang terdiri dari 66 balita sebagai kelompok kasus (menderita diare) dan 66 balita sebagai kelompok kontrol (tidak menderita diare), dipilih menggunakan teknik simple random sampling dan matching berdasarkan usia dan jenis kelamin. Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur dan lembar observasi, kemudian dianalisis menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara keempat indikator PHBS yang diteliti dengan kejadian diare pada balita. Pemberian ASI eksklusif memiliki nilai signifikansi p=0,001, penggunaan air bersih p=0,000, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun p=0,002, dan penggunaan jamban sehat p=0,003. Keempat variabel tersebut memiliki nilai odds ratio (OR) &gt;1 yang menunjukkan adanya peningkatan risiko diare jika tidak menerapkan PHBS. Terdapat hubungan yang bermakna antara penerapan PHBS keluarga dengan kejadian diare pada balita. Rendahnya penerapan indikator PHBS seperti tidak memberikan ASI eksklusif, menggunakan air tidak bersih, tidak mencuci tangan dengan sabun, dan tidak memiliki jamban sehat meningkatkan risiko diare pada balita. Diperlukan intervensi promosi kesehatan yang intensif dan berkelanjutan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas, terutama dalam penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan praktik PHBS.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em><span lang="EN-US">Diarrhea is one of the leading causes of death among children under five, especially in developing countries such as Indonesia. The high incidence of diarrhea is strongly influenced by poor implementation of Clean and Healthy Living Behavior (PHBS) within families. Key PHBS indicators closely associated with diarrhea include exclusive breastfeeding, clean water usage, proper handwashing practices, and sanitary latrine availability ¹. This study aimed to analyze the relationship between family PHBS practices and the incidence of diarrhea among toddlers in the working area of Tarus Public Health Center (Puskesmas Tarus), Kupang Regency, in 2025. A quantitative research approach with a case-control design was used. The population comprised toddlers aged 1–5 years registered at Puskesmas Tarus. A total of 132 respondents were selected, including 66 toddlers with diarrhea (case group) and 66 without diarrhea (control group), using simple random sampling and individual matching based on age and sex. Data were collected through structured questionnaires and observation sheets. The analysis was conducted using the Chi-Square test with a 95% confidence level. The findings showed a significant relationship between all four PHBS indicators and diarrhea incidence in toddlers. Exclusive breastfeeding (p=0.001), clean water usage (p=0.000), handwashing with soap (p=0.002), and the use of sanitary latrines (p=0.003) were all statistically associated with reduced diarrhea risk. The odds ratio (OR) for each indicator exceeded 1, indicating increased risk in the absence of proper PHBS practices. There is a statistically significant relationship between family PHBS implementation and the occurrence of diarrhea among toddlers. Poor PHBS practices—such as not exclusively breastfeeding, using contaminated water, not washing hands properly, and lacking sanitary latrines—substantially increase the risk of diarrhea. Strengthening community-based health promotion and PHBS education through local health centers is essential to prevent and reduce diarrhea among children.</span></em></p> Meilania Christia Fanggi, Yuliana Radja Riwu, Sigit Purnawan Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/317 Thu, 07 Aug 2025 22:48:19 +0700 FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MATA KOTA KENDARI TAHUN 2024 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/320 <p style="font-weight: 400;"><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><strong><em style="font-weight: 400;">Stunting</em><span style="font-weight: 400;"> adalah masalah gizi kronis yang terjadi akibat asupan nutrisi yang tidak mencukupi dalam jangka panjang, mulai dari masa kandungan hingga anak berusia 24 bulan. SKI tahun 2023 menunjukkan bahwa prevalensi <em>stunting</em> di Indonesia sebesar 21,5%. Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2023 berada diperingkat keenam dengan prevalensi 30,0%. Prevalensi <em>stunting</em> di Kota Kendari, tertinggi pada tahun 2024 ditemukan di Puskesmas Mata, yang mencatat sebanyak 122 kasus dengan prevalensi sebesar 9,06%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko kejadian <em>stunting</em> pada balita usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Mata Kota Kendari tahun 2024. Jenis penelitian ini yaitu studi analitik observasional dengan desain case control. Total sampel sebanyak 144 sampel yang terdiri dari 72 sampel kasus dan 72 sampel kontrol menggunakan teknik propotional random sampling dengan metode matching usia dan jenis kelamin. Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat dengan menggunakan uji McNemar dan Fisher Exact. Hasil penelitian ditemukan ada pengaruh yang signifikan pada BBLR (p=0,023; OR=2,50) dan Riwayat Pemberian MP-ASI (p=0,006; OR=2,77). Sebaliknya, terdapat tidak ada pengaruh yang signifikan pada Riwayat Kunjungan ANC (p=0,621; OR=1,17) dan Riwayat Imunisasi Dasar (p=0,823; OR=1,11).</span></strong></p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em>Stunting is a chronic nutritional problem that occurs due to insufficient nutritional intake in the long term, starting from the womb until the child is 24 months old. The IHS 2023 shows that the prevalence of stunting in Indonesia is 21.5%. Southeast Sulawesi Province in 2023 was ranked sixth with a prevalence of 30.0%. The highest prevalence of stunting in Kendari City in 2024 was found in the Mata Health Center, which recorded 122 cases with a prevalence of 9.06%. This study aims to determine the risk factors for the incidence of stunting in toddlers aged 24-59 months in the Mata Health Center Working Area of Kendari City in 2024. This type of research is an observational analytic study with a case control design. The total sample was 144 samples consisting of 72 case samples and 72 control samples using proportional random sampling technique with age and gender matching method. The analysis used was bivariate analysis using the McNemar and Fisher Exact tests. The results showed a significant effect on LBW (p=0.023; OR=2.50) and history of complementary feeding (p=0.006; OR=2.77). In contrast, there was no significant effect on ANC Visit History (p=0.621; OR=1.17) and Basic Immunization History (p=0.823; OR=1.11).</em></p> Indah Nurwia Ningrum, Lisnawaty, Siti Nurfadilah H Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/320 Thu, 07 Aug 2025 22:50:06 +0700 MORTALITY PROFILE OF PATIENTS DECLARED AS BRAIN STEM DEAD IN RSUP DR. SARDJITO YEAR 2014-2022 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/321 <p class="s21"><strong><span class="s20">ABSTRACT</span></strong></p> <p class="s21"><span class="s20">Brain stem death, characterized by the irreversible cessation of all brain and brain stem activity, presents clinically with deep coma, absence of brain stem reflexes, and apnea. Despite its critical significance in clinical and ethical decision-making, research on brain stem death in Indonesia remains limited. This study aims to describe the mortality profile of patients declared brain stem dead at RSUP Dr. Sardjito from 2014 to 2022, focusing on demographic characteristics, case distribution, management patterns, and documentation practices. A descriptive observational study with a cross-sectional design was conducted using retrospective data from medical records. Of 73 patients with traumatic brain injury (TBI) admitted to the ICU and requiring ventilator support, five (6.85%) were formally declared brain stem dead, one was recorded as suspected (1.4%), and only one had brain stem death documented as the official cause of death (1.4%). None of the cases exhibited direct structural lesions of the brain stem. The mean ICU length of stay was 5.2 days. All declarations followed standardized procedures involving confirmation by both anesthesiologist and neurologist. These findings suggest that brain stem death is a rare but significant outcome of severe TBI and highlight the need for timely intervention and improved documentation to guide future clinical and policy approaches.</span></p> <p class="s21"><strong>ABSTRAK</strong></p> <p class="s21">Kematian batang otak, yang ditandai dengan berhentinya seluruh aktivitas otak dan batang otak secara ireversibel, secara klinis ditunjukkan oleh koma dalam, tidak adanya refleks batang otak, dan apnea. Meskipun memiliki signifikansi yang krusial dalam pengambilan keputusan klinis dan etis, penelitian mengenai kematian batang otak di Indonesia masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan profil mortalitas pasien yang dinyatakan meninggal secara batang otak di RSUP Dr. Sardjito selama periode 2014 hingga 2022, dengan fokus pada karakteristik demografis, distribusi kasus, pola penatalaksanaan, dan praktik dokumentasi. Penelitian ini merupakan studi observasional deskriptif dengan desain potong lintang menggunakan data retrospektif dari rekam medis. Dari 73 pasien dengan cedera otak traumatik (TBI) yang dirawat di ICU dan menggunakan ventilator, lima pasien (6,85%) secara resmi dinyatakan meninggal batang otak, satu pasien tercatat sebagai suspek (1,4%), dan hanya satu kasus yang mencantumkan kematian batang otak sebagai penyebab resmi kematian (1,4%). Tidak ada kasus yang menunjukkan lesi struktural langsung pada batang otak. Rerata lama perawatan di ICU adalah 5,2 hari. Seluruh deklarasi kematian batang otak dilakukan sesuai prosedur standar dengan konfirmasi oleh spesialis anestesi dan neurologi. Temuan ini menunjukkan bahwa kematian batang otak merupakan kejadian langka namun signifikan akibat TBI berat, serta menekankan pentingnya intervensi dini dan perbaikan dokumentasi untuk mendukung praktik klinis dan kebijakan di masa depan.</p> Salsabila, Ida Bagus Gede Surya Putra Pidada, Martiana Suciningtyas Tri Artanti, Hendro Widagdo Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/321 Thu, 07 Aug 2025 22:51:03 +0700 PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAAN PASIEN DI KLINIK DOMPET DHUAFA KOTA KUPANG https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/322 <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Mutu pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi tingkat kepuasan pasien, khususnya pada fasilitas layanan kesehatan yang melayani berbagai kelompok masyarakat, termasuk pasien dhuafa. Model SERVQUAL menjadi alat ukur yang efektif dalam menilai persepsi dan harapan pasien terhadap layanan yang diterima.</p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mutu pelayanan terhadap tingkat kepuasan pasien di Klinik Dhuafa, dengan pendekatan lima dimensi SERVQUAL: tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy.</p> <p>Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain survei deskriptif korelasional. Sampel berjumlah 98 responden yang terdiri dari pasien BPJS, dhuafa, dan umum, yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner SERVQUAL yang telah dimodifikasi sesuai konteks klinik. Analisis data dilakukan dengan regresi linier berganda.</p> <p>Hasil analisis menunjukkan bahwa kelima dimensi mutu pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pasien (p &lt; 0,05). Dimensi tangible memiliki pengaruh paling dominan, diikuti oleh reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Temuan ini menegaskan bahwa kualitas fasilitas fisik, keandalan petugas, kecepatan pelayanan, jaminan profesionalisme, serta sikap empatik petugas medis merupakan faktor kunci dalam meningkatkan kepuasan pasien di klinik berbasis sosial.</p> <p>Seluruh dimensi SERVQUAL berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pasien. Klinik Dhuafa disarankan untuk terus meningkatkan mutu layanan secara menyeluruh, terutama pada aspek tangible dan reliability, guna mempertahankan serta meningkatkan kepuasan pasien dari berbagai kelompok latar belakang.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em><span lang="id">The quality of health services is one of the main factors that influence the level of patient satisfaction, especially in health care facilities that serve various community groups, including poor patients. The SERVQUAL model is an effective measuring tool in assessing patient perceptions and expectations of the services received.This study aims to analyze the effect of service quality on the level of patient satisfaction at the Dhuafa Clinic, with a five-dimensional SERVQUAL approach: tangible, reliability, responsiveness, assurance, and empathy.This study uses a quantitative approach with adescriptive correlational survey design. The sample consisted of 98 respondents consisting of BPJS patients, poor patients, and the general public, who were selected using a purposive sampling technique. The research instrument was a SERVQUAL questionnaire that had been modified according to the clinical context. Data analysis was carried out usingmultiple linear regression. The results of the analysis showed that the five dimensions of service quality had a significant effect on patient satisfaction (p &lt;0.05). The tangible dimension had the most dominant influence, followed by reliability,responsiveness, assurance, and empathy. These findings confirm that the quality of physical facilities, reliability of officers,speed of service, assurance of professionalism, and empathetic attitude of medical officers are key factors in increasing</span><span lang="id">patient satisfaction in social-based clinics. All dimensions of SERVQUAL have a</span> <span lang="id">significant effect on patient satisfaction. Dhuafa Clinics are advised to continue to improve the quality of service as a whole, especially in the tangible andreliability aspects, in order to maintain and increase patient satisfaction from various background groups</span></em></p> Afifah Citainsani Chairunnisyah, Dominirsep O. Dodo, Tanti Rahayu Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/322 Thu, 07 Aug 2025 22:52:21 +0700 GAMBARAN PAPARAN PORNOGRAFI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL BERISIKO PADA MAHASISWA https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/325 <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Pornografi adalah sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lain melalui berbagai media komunikasi yang dipertunjukan di muka umum, berisi kecabulan atau eksploitasi seksual dan melanggar norma kesusilaan di masyarakat. Usia yang paling banyak mengakses konten pornografi di media sosial adalah remaja dengan rentang usia 18-25 tahun. Remaja yang kecanduan pornografi berisiko melakukan aktivitas seksual karena pada usia remaja sudah masuk dalam kategori bisa memahami isi tayangan pornografi. Sebagian besar jumlah orang dengan terinfeksi HIV dan AIDS terdapat pada usia produktif yaitu 20-49 tahun dikarenakan usia produktif lebih rentan terhadap perilaku seksual berisiko. Tujuan penelitian yaitu diketahuinya gambaran paparan pornografi terhadap perilaku seksual berisiko pada Mahasiswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Sampel penelitian sebanyak 91 mahasiswa yang dipilih secara random. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis univariat. Hasil penelitian: semua responden sudah terpapar pornografi, diantaranya terpapar ringan sebanyak 75 orang (82,4%), terpapar sedang 12 orang (13,2%), dan terpapar berat 4 orang (4,4%). Sebagian besar responden sudah melakukan perilaku seksual berisiko, diantaranya responden yang berperilaku tidak berisiko sebanyak 3 orang (3,3%), dan perilaku berisiko sebanyak 88 orang (96,7%). Paparan media pornografi terhadap perilaku seksual berisiko dari 75 responden yang terpapar pornografi ringan diantaranya sebanyak 3 orang (4%) berperilaku seksual tidak berisiko dan 72 (81,8%) responden berperilaku seksual berisiko. Responden yang terpapar pornografi dengan kategori sedang sebanyak 12 orang (13,2%) semuanya berperilaku seksual berisiko dan 4 orang (4,4%) yang terpapar pornografi kategori berat semuanya berperilaku seksual berisiko.</p> <p><em><strong>ABSTRACT</strong></em></p> <p style="font-weight: 400;"><em>Pornography is a sketch, illustration, photo, writing, voice, sound, animation, cartoon, conversation, body movement, or other form of message through various communication media that is shown in public, contains obscenity or sexual exploitation and violates moral norms in society. The age that most accesses pornographic content on social media is teenagers with an age range of 18-25 years. Teenagers who are addicted to pornography are at risk of engaging in sexual activity because at adolescence they are already in the category of being able to understand the contents of pornographic shows. Most of the number of people infected with HIV and AIDS are in the productive age, namely 20-49 years because the productive age is more susceptible to risky sexual behavior. The purpose of the study was to determine the description of pornography exposure to risky sexual behavior in students. This type of research is descriptive quantitative research. The research sample was 91 students who were selected randomly. The analysis technique used was univariate analysis. The results of the study: all respondents had been exposed to pornography, including 75 people (82.4%) with light exposure, 12 people (13.2%) with moderate exposure, and 4 people (4.4%) with severe exposure. Most respondents had engaged in risky sexual behavior, including 3 respondents with non-risky behavior (3.3%) and 88 people (96.7%) with risky behavior. Exposure to pornographic media to risky sexual behavior from 75 respondents exposed to light pornography included 3 people (4%) with non-risky sexual behavior and 72 (81.8%) respondents with risky sexual behavior. Respondents exposed to pornography in the moderate category were 12 people (13.2%) all with risky sexual behavior and 4 people (4.4%) who were exposed to severe pornography all with risky sexual behavior.</em></p> Fentriyana Baunsele, Eryc Z. Haba Bunga, Dominirsep O. Dodo Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/325 Thu, 07 Aug 2025 22:53:09 +0700 AN ANALYSIS OF HEAD AND NECK INJURY PATTERNS IN MOTORCYCLE ROAD TRAFFIC ACCIDENT PATIENTS AT RSUP DR. SARDJITO YEAR 2019 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/332 <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Cedera lalu lintas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang berkembang di beberapa negara. Indonesia, sebagai salah satu negara berpendapatan menengah, sering menggunakan sepeda motor sebagai sarana transportasi dan, akibatnya, menjadi yang paling banyak terlibat dalam kecelakaan lalu lintas. Cedera kepala dan leher menyumbang proporsi besar untuk jenis cedera lalu lintas, yang menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pola cedera kepala dan leher pada pasien kecelakaan lalu lintas sepeda motor yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2019, serta memahami hubungan antara usia, jenis kelamin, posisi mengendarai sepeda motor, waktu kecelakaan, dan penggunaan helm dengan keparahan cedera kepala dan leher. Studi deskriptif-analitik observasional ini menggunakan desain potong lintang, dengan data yang diperoleh dari rekam medis. Dari 106 pasien, 96 pasien menderita cedera kepala dan 10 pasien lainnya menderita cedera leher. Cedera kepala yang paling banyak terjadi adalah cedera intrakranial dengan 52 kasus, dan dedera leher yang paling banyak terjadi adalah patah tulang leher dengan 6 kasus. Sebagian besar dari pasien menderita cedera ringan (71,7%) dibandingkan dengan cedera berat (28,3%). Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara pengunaan helm dengan keparahan cedera di kepala dan leher (<em>p</em>&lt;0,001). Data ini menekankan pentingnya kesadaran terhadap regulasi keselamatan jalan dan strategi intervensi untuk mengurangi beban morbiditas dan mortalitas&nbsp; pada cedera kepala dan leher akibat kecelakaan lalu lintas sepeda motor.</p> <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em>Road traffic injuries has become a growing public health problem in some countries. Indonesia, as one of the middle-income countries, frequently utilizes motorcycle as a mode of transport and, hence, it became the most involved in road traffic accidents. Head and neck injury accounted major proportions out of road traffic injury types, causes in increasing morbidity and mortality. This study aims to analyzes the head and neck injury patterns in motorcycle road traffic accidents that were treated in RSUP Dr. Sardjito in the year 2019, along with understanding the association between age, sex, motorcycle riding position, time of accident, and helmet usage with the severity of head and neck injury. This analytic-descriptive observational study uses cross-sectional design, with data obtained from medical records. From 106 patients, 96 patients suffer from head injury and the remaining 10 patients suffer from neck injury. The most prevalent head injury is intracranial injury with 52 cases, and the most prevalent neck injury is fracture of neck with 6 cases. Patients mostly suffer from mild injury (71,7%) compared to severe injury (28,3%). There is a statistically significant association between helmet usage with severity of injury to the head and neck area (p&lt;0,001). These data encourages the significance of road safety regulation awareness and interventional strategies for mitigating the burden of morbidity and mortality in head and neck injury from motorcycle road traffic accidents. </em></p> <p>&nbsp;</p> Dhea Adjeng Senjaya Putri, Ida Bagus Gede Surya Putra Pidada, Martiana Suciningtyas Tri Artanti, Hendro Widagdo Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/332 Thu, 07 Aug 2025 22:54:13 +0700 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA PADA KELUARGA PETANI DI DESA SEBOT KECAMATAN MOLLO UTARA KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/333 <p><strong><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">ABSTRAK</span></span></strong></p> <p><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Malnutrisi pada anak balita dapat menyebabkan beberapa efek serius. Masalah gizi terjadi ketika asupan zat gizi tidak seimbang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak balita pada keluarga petani di Desa Sebot, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu dari keluarga petani di Desa Sebot yang memiliki balita berusia 12-59 bulan (124 balita). Sampel penelitian berjumlah 54 balita, ditentukan dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan kuesioner kemudian uji chi-square menggunakan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah anggota keluarga (0,013), pengeluaran makanan dan bukan makanan (0,019), kebiasaan makan (0,034), pengetahuan ibu (0,025), dan penyakit infeksi (ISPA (0,034) dan Diare (0,003)) dengan status gizi balita di Desa Sebot, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Kesimpulan penelitian ini adalah jumlah anggota keluarga, pengeluaran makanan dan bukan makanan, kebiasaan makan, pengetahuan ibu, dan penyakit infeksi memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi balita di Desa Sebot, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Diharapkan kepada pihak desa dapat mengupayakan adanya program pemberdayaan keluarga dalam mengolah pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan gizi balita, dan bagi peneliti lain agar melakukan penelitian lebih lanjut terkait variabel lain yang belum diteliti.</span></span></p> <p><strong><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">ABSTRACT</span></span></strong></p> <p><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"><em><span lang="EN-US">Malnutrition in children under five can cause some serious effects. Nutritional problems occur when nutrient intake is not balanced. The purpose of this study was to determine the factors associated with the nutritional status of children under five in farming families in Sebot Village, South Central Timor District. This study uses quantitative methods with the research design used is an analytic survey with a cross sectional research design. The population in this study were all mothers from farming families in Sebot Village who had toddlers aged 12-59 months (124 toddlers). The study sample amounted to 54 toddlers, determined by simple random sampling technique. Data collection was done through interviews and questionnaires and then chi-square test using SPSS application. The results showed that there was a relationship between the number of family members (0.013), food and non-food expenditure (0.019), eating habits (0.034), maternal knowledge (0.025), and infectious diseases (ARI (0.034) and Diarrhea (0.003)) with the nutritional status of children under five in Sebot Village, South Central Timor District. The conclusion of this study is that the number of family members, food and non-food expenditures, eating habits, maternal knowledge, and infectious diseases have a significant relationship with the nutritional status of children under five in Sebot Village, South Central Timor District. It is expected that the village can strive for family empowerment programs in processing local food to meet the nutritional needs of toddlers, and for other researchers to conduct further research related to other variables that have not been studied.</span></em></span></span></p> Finiria Eslonipa Kasse, Anna H. Talahatu, Marelinus Laga Nur, Lewi Jutomo Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/333 Sat, 09 Aug 2025 00:00:00 +0700 HUBUNGAN HIPERTENSI JAS PUTIH DENGAN RISIKO GANGGUAN KARDIOVASKULAR: SEBUAH TINJAUAN LITERATUR https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/334 <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Hipertensi jas putih (<em>white coat hypertension</em>/WCH) merupakan kondisi di mana tekanan darah meningkat saat pemeriksaan klinis namun tetap normal di luar lingkungan medis, yang berpotensi menimbulkan <em>overdiagnosis</em> dan pengobatan yang tidak perlu. Studi ini bertujuan untuk meninjau hubungan antara WCH dan risiko penyakit kardiovaskular melalui pendekatan tinjauan literatur. Metode yang digunakan adalah penelusuran artikel ilmiah berbahasa Inggris menggunakan database <em>Google Scholar</em> dengan kata kunci “<em>white coat hypertension</em> AND <em>cardiovascular risk</em>”. Dari proses seleksi dan penyaringan, diperoleh empat artikel yang relevan untuk dianalisis. Hasil kajian menunjukkan bahwa WCH berkaitan dengan peningkatan risiko kerusakan organ target, atrial fibrilasi, stroke, serta mortalitas kardiovaskular. Meskipun risikonya lebih rendah dibandingkan dengan masked hypertension dan sustained hypertension, WCH tetap menimbulkan implikasi klinis yang signifikan. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa WCH tidak secara signifikan meningkatkan risiko kematian kardiovaskular dibandingkan dengan individu normotensi. Kesimpulannya, WCH memiliki kaitan dengan gangguan kardiovaskular tertentu sehingga penting bagi tenaga medis untuk melakukan pemantauan yang cermat dan mempertimbangkan evaluasi jangka panjang, serta diperlukan studi lanjutan dengan desain kohort untuk menguatkan temuan yang ada.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em><span lang="EN-US">White coat hypertension (WCH) is a condition characterized by elevated blood pressure readings in clinical settings while maintaining normal values outside such environments, potentially leading to overdiagnosis and unnecessary treatment. This study aims to review the association between WCH and cardiovascular risk through a literature review approach. The method involved searching for English-language articles using the Google Scholar database with the keywords “white coat hypertension” and “cardiovascular risk.” After a selection and screening process, four relevant articles were included for analysis. The findings indicate that WCH is associated with an increased risk of target organ damage, atrial fibrillation, stroke, and cardiovascular mortality. Although the risk is lower compared to masked hypertension and sustained hypertension, WCH still poses significant clinical implications. However, some studies suggest that WCH does not significantly increase cardiovascular mortality risk when compared to normotensive individuals. In conclusion, WCH is linked to certain cardiovascular conditions, underscoring the need for healthcare providers to conduct thorough monitoring and long-term evaluation. Further cohort-based studies are needed to confirm and deepen the understanding of the long-term impact of WCH on cardiovascular health.</span></em></p> Muhammad Wildan Novtariansyah Copyright (c) 2025 Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 https://jurnal.fkunisa.ac.id/index.php/MA/article/view/334 Sat, 09 Aug 2025 22:19:39 +0700